Jumat, 26 Agustus 2016

Ternyata Rokok Naik Akan Menguntungkan Petani

Ahli kesehatan warga  dari Universitas Indonesia (UI), Prof Hasbullah Thabrany menegaskan, kenaikan harga rokok justru akan menguntungkan semua pihak, baik itu warga , pemerintah, juga industri rokok akbar dan  kecil.

Hal itu terkait yang akan terjadi survei dari lembaga yg dipimpinnya, Center for Health Economics and Policy Studies (CHEPS) Universitas Indonesia (UI).Penelitian CHEPS-UI selama Desember 2015 sampai Januari 2016 menemukan, sebesar 72,tiga % perokok Indonesia mau berhenti merokok Bila harga rokok per bungkusnya naik menjadi Rp 50 ribu.

Akibat kerja CHEPS-UI itu termuat pada “Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia” Volume 1 nomor  1 Juli 2016.“Kita mencari yang paling optimum. Di mana orang masih beli, jumlahnya banyak, cukainya relatif poly, akan tetapi industri masih mampu berkecimpung,” ucap Prof Hasbullah Thabrany saat dijumpai awak media di Jakarta, Jumat (26/8).

Kenaikan harga rokok tak berarti konsumen seketika berhenti merokok. Hal itu sesuai menggunakan akibat temuan pada banyak sekali negara. Dengan begitu, lanjut dia, kenaikan harga rokok justru memperbesar pemasukan baik pada global industri juga negara melalui cukai. Pengurangan konsumsi rokok pun melatih konsumen buat hidup lebih sehat karena, bagaimanapun, rokok mengandung racun.

Karena itu, Hasbullah menilai, kekhawatiran bahwa dengan naiknya harga rokok maka industri, petani, serta buruh akan tumbang itu hiperbola. “Enggak ada yang berhenti (merokok). Hasil kajian kami akademisi, di banyak sekali negara, itu begitu yang terjadi,” istilah dia. “bila harganya dinaikkan, justru mereka mendapatkan income yg lebih baik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar